Pages

Ads 468x60px

Senin, 26 September 2011

HARTA & ANAK MENJADI FITNAH

Harta dan Anak Menjadi Fitnah

Kamis, 08/09/2011 10:28 WIB | Arsip | Cetak
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَخُونُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٧﴾
وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿٢٨﴾
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. Al-Anfaal: 27-28)
***
Kemudian, diulang lagi seruan kepada orang-orang yang beriman. Dibisikkan lagi kepada mereka bahwa harta dan anak-anak itu kadang-kadang dapat menjadikan manusia tidak mau memenuhi seruan Allah dan seruan Rasul. Karena, takut terhadap nasib anaknya nanti dan karena bakhil terhadap hartanya.
Kehidupan yang diserukan Rasulullah adalah kehidupan yang mulia, yang sudah tentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk mencapainya, harus ada pengorbnan. Oleh karena itu, Alquran mengobati ambisi ini dengan mengingatkan mereka terhadap fitnah harta dan anak-anak. Karena, harta dan anak-anak merupakan tempat ujian dan cobaan.
Alquran juga mengingatkan mereka agar jangan lemah menghadapi ujian ini, jangan mundur dari perjuangan, dan jangan melepaskan diri dari beban amanat, janji, dan baiat.
Alquran menganggap pelepasan diri dari semua ini sebagai pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul. Juga pengkhianatan terhadap amanat-amanat yang dibebanan kepada umat Islam di muka bumi.
Yaitu, amanat untuk menjunjung tinggi kalimat Allah dan menetapkan uluhiyyah-Nya saja bagi manusia, dan berpesan kepada manusia untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
Di samping kehati-hatian ini, diingatkan pula mereka terhadap pahala yang besar dari sisi Allah kalau mereka dapat menanggulangi fitnah harta dan anak-anak, yang kadang-kadang menghalangi manusia dari berkorban dan berjihad.
Menghindarkan diri dari tugas-tugas sebagai umat Islam di muka bumi merupakan pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul. Persoalan pertama dalam agama Islam ini adalah persoalan ‘Laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulullah.’ Tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Persoalan mengesakan Allah terhadap uluhiyyah, dan menerima dengan sepenuh hati akan semua ini menurut apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saja.
Manusia dalam seluruh sejarahnya, tak pernah mengingkari keberadaan Allah sama sekali. Mereka hanya mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan lain, yang kadang-kadang, dan ini hanya sedikit, dalam bidang akidah dan ibadah.
Adakalanya, dan ini yang terbanyak, dalam masalah hukum dan kedaulatan. Inilah yang lebih dominan dalam kemusyrikan. Oleh karena itu, persoalan utama agama Islam ini bukan mengajak manusia untuk mempercayai uluhiyyah Allah. Tetapi, mengajak mereka untuk mengesakan uluhiyyah bagi Allah saja, untuk bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah.
Yakni, mengesakan Allah sebagai satu-satunya yang berdaulat mengatur kehidupan mereka di dunia ini. Juga mengakui-Nya sebagai yang berdaulat untuk mengatur alam semesta, sebagai implementasi firman Allah: “Dialah Tuhan (Yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi.” (QS. Az-Zhukhruf: 84)
Juga mengajak mereka bahwa hanya Rasulullah yang membawa wahyu dari Allah dan menyampaikannya kepada mereka. Dengan demikian, mereka berkewajiban mematuhi segala ajaran yang beliau sampaikan.
Inilah persoalan utama agama Islam, sebagai itikad yang harus ditanamkan dan dimantapkan di dalam hati, dan sebagai gerakan yang harus diaplikasikan di dalam kehidupan. Karena itu, menghindarkan diri dari hal ini adalah pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul.
Allah mengingatkan hal ini kepada golongan Islam yang telah beriman kepada-Nya dan telah menyatakan keimanannya ini. Sehingga, mereka mempunyai tugas untuk berjuang guna merealisasikan petunjuknya dalam dunia nyata. Juga supaya bangkit menunaikan tugas jihad ini terhadap jiwa, harta, dan anak-anak.
Allah juga mengingatkan mereka agar jangan mengkhianati amanat yang mereka usung pada hari mereka berbaiat kepada Rasulullah untuk memeluk Islam. Islam itu bukan sekadar ucapan dengan lisan, bukan sekadar retorika dan pengakuan-pengkuan.
Islam adalah manhaj kehidupan yang sempurna dan lengkap. Tetapi, untuk menegakkannya selalu menghadapi hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan.
Islam adalah manhaj untuk membangun realitas kehidupan di atas landasan Laa ilaaha illallah, yang mengembalikan manusia kepada menyembah Tuhan mereka Yang Mahabenar, mengembalikan masyarakat kepada hukum dan syariat-Nya. Mengembalikan para thaghut yang melampaui batas kepada uluhiyyah Allah dan kedaulatan-Nya dari kezaliman dan tindakan melampaui batas.
Juga, mengamankan kebenaran dan keadilan bagi semua manusia, menegakkan keadilan di antara mereka dengan timbangan yang mantap, memakmurkan bumi, dan melaksanakan tugas khilafah di muka bumi dengan menggunakan manhaj Allah.
Semua itu merupakan amanat yang barangsiapa tidak menunaikannya berarti telah berkhianat, melanggar perjanjian kepada Allah, dan merusak baiat yang telah diikrarkannya kepada Rasulullah.
Mereka semua perlu berkorban, bersabar, dan tabah. Mereka harus dapat menanggulangi fitnah harta dan anak. Juga melihat pahala yang besar di sisi Allah, yang disimpan untuk hamba-hamba-Nya yang terpercaya mengemban amanat-amanat-Nya, yang sabar, suka mengalah, dan suka berkorban.
“Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.” (QS. Al-Anfaal: 28)
Alquran ini berbicara kepada eksistensi manusia. Karena, Sang Pencipta mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi pada manusia ini, mengetahui yang lahir dan yang batin, mengetahui jejak-jejak langkah dan perjalanan hidupnya.
Allah mengetahui titik-titik kelemahan pada diri manusia. Dia mengetahui bahwa ambisi terhadap harta dan anak-anak itu merupakan titik kelemahan paling dalam pada diri mereka.
Oleh karena itu, di sini, Dia mengingatkan hakikat pemberian harta dan anak-anak itu. Allah memberikan harta dan anak-anak kepada manusia untuk menguji dn memberi cobaan kepada mereka dengannya.
Harta dan anak termasuk perhiasan dunia yang notabene adalah ujian dan cobaan. Karena, Allah hendak melihat apa yang diperbuat dan dilakukan seorang hamba terhadap harta dan anak ini. Apakah dia mau mensyukurinya dan menunaikan hak-hak nikmat yang diperolehnya itu? Ataukah, malah sibuk dengannya sehingga lupa menunaikan hak-hak Allah?
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).” (QS. Al-Anbiyaa: 35)
Maka, fitnah atau cobaan itu bukan hanya dengan kesulitan, kesengsaraan dan sejenisnya saja. Tetapi, fitnah itu juga bisa berupa kemakmuran dan kekayaan. Termasuk kemakmuran dan kesenangan itu adalah harta dan anak-anak. “Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan.”
Apabila hati sudah menyadari posisi harta dan anak-anak sebagai ujian dan cobaan, maka kesadaran itu akan membantunya untuk senantiasa berhati-hati, menyadari dan mewaspadai, agar jangan sampai ia tenggelam, lupa, dan terbenam dalam ujian dan fitnah.
Kemudian Allah tidak membiarkan manusia tanpa pertolongan dan bantuan. Karena, manusia itu kadang-kadang merasa lemah, setelah menyadari semua itu, untuk memikul beratnya pengorbanan dan tugas. Khususnya, pada titik kelemahannnya yaitu terhadap harta dan anak-anak.
Maka, Allah memanggil-manggil mereka untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan lebih kekal. Sehingga, dengan adanya keinginan untuk mendapatkannya, ia menjadi tabah dan kuat menghadapi ujian itu. “Dan bahwa di sisi Allah terdapat pahala yang besar.”
Allahlah yang memberi manusia harta dan anak. Di balik itu, di sisi-Nya terdapat pahala yang besar bagi orang yang dapat menanggulangi fitnah harta dan anak-anak. Dengan demikian, tidak seorang pun yang pantas mengabaikan amanat dan tidak mau berkorban untuk jihad.
Kesadaran inilah yang dapat membantu manusia yang lemah, yang diketahui oleh Sang Maha Pencipta titik-titik kelemahannya. “Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-Nisaa: 28)
Islam adalah manhaj yang lengkap tentang akidah dan pandangan hidup, tarbiyah dan pemberian arahan, masalah kewajiban dan tugas-tugas manusia. Islam adalah manhaj atau aturan Allah Yang Maha Mengetahui, karena Dia Yang Maha Pencipta.
“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al-Mulk: 14)
sumber: http://www.eramuslim.com

##SAMPLE CINTA##

Ada empat macam kecintaan, berikut ini adalah penjelasan dan status kebolehannya dalam menempati hati kita:
1) Mahabatullah (cinta kepada Allah), adalah dasar utama keimanan.
2) Al-mahabbah fillah (cinta karena Allah), yaitu loyalitas kepada kaum mukminin dan mencintai mereka secara global. Adapun secara individu di antara mereka, masing-masing dicintai sesuai dengan kadar kedekatan dan ketaatannya kepada Allah, dan kecintaan ini hukumnya wajib.
3) Mahabbah ma’allah (kecintaan bersama Allah), yaitu mencintai selain Allah dalam kecintaan yang wajib sama seperti mencintai Allah, seperti kecintaan kaum musyirikin terhadap berhala berhala mereka. Kecintaan seperti ini adalah pokok syirik.
4) Mahabbah thabi’iyyah (kecintaan yang wajar), seperti mencintai kedua orang tua, anak-anak, mencintai makanan dan lainnya, kecintaan ini adalah boleh.
(Sumber: Tafsir Al-’Usyr Al-Akhir dari Al’Qur’an Al Karim Disertai Hukum-Hukum Penting Bagi Seorang Muslim)

MASIH SERING MENGELUH ???

Nikmat Tuhan Kamu yang Manakah yang Kamu Dustakan?

Kamis, 21/07/2011 05:42 WIB | Arsip | Cetak   Kirim Tulisan
Oleh Rika Kartikasari
Suatu hari ada seorang laki-laki yang sedang menengok seorang temannya yang sedang sakit di sebuah rumah sakit, dengan membawa makanan kesukaan temannya itu . Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju ke tempat dimana temannya itu dirawat.
Ketika sampai di kamarnya ia melihat temannya itu sedang berbaring dan menatap dengan wajah gembira atas kedatangan laki-laki itu. Laki-laki itupun bertanya bagaimana kabarnya dan sampai sejauh mana kondisinya. “Alhamdulillah…saya sedang diberi nikmat oleh Allah SWT berupa ujian sakit ini. Alhamdulillah kondisinya menurut dokter perlu terus diobservasi dan Alhamdulillah saya juga masih bisa menjalani ujian ini dengan kesabaran yang penuh dan masih bisa shalat walaupun dalam keadaan berbaring,” sambil meringis menahan kesakitan dia terus mengucap rasa syukur itu dan laki-laki yang mendengarnya pun menjadi bingung, kenapa dia sedang sakit tapi hanya kesyukuran terus yang ia ucapkan. Tidakkah kelihatannya dia meringis kesakitan dan kelihatan pucat wajahnya. Apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya?
“Untuk apa mengeluh lebih baik kita mengingat Allah SWT dan terus berdzikir kepada-Nya saja dalam setiap rintihan kesakitan yang kita rasakan. Subhanallah…Alhamdulillah…Allahu Akbar… Semoga saja dengan zikirnya ini dan Allah SWT akan terus menggugurkan dosa-dosa yang telah saya lakukan di masa lalu.”
Oh, ternyata itulah rahasianya. Dia masih mampu melihat kebesaran Allah SWT dalam kesakitannya dan merasa menjadi semakin dekat dengan-Nya karena di setiap nafas yang dia hembuskan masih diberinya kesempatan untuk menghirup udara yang Allah SWT berikan. Duh, jadi teringat diri ketika sedang sakit terkadang keluhan ketidaksabaran yang suka terucapkan. Ya Allah, ampuni kami jka selama ini ku lalai dengan nikmat sehat ini.
“Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku; dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. Asy-Syu’ara [26] : 79-80)
Di salah satu televisi ada acara yang menampilkan seorang bapak yang diberi ujian oleh Allah SWT tidak dapat melihat. Ketika diwawancara itu masih banyak hal yang bisa dia kerjakan walaupun dalam keadaan buta. Dia masih bisa membaca Al-Qur’an, berjalan untuk berda’wah di tempat ibu-ibu Majelis Ta’lim bahkan selalu bersemangat terus bermanfaat untuk orang lain.
Satu yang membuat salut adalah dia masih terus saja bersyukur dengan kekurangannya itu tidak ada satupun kalimatnya mengeluh bahkan menyalahkan kondisi ini. Bagaimana dia bisa seperti itu, di saat yang bisa dilihatnya hanya gelap saja tak berwarna, di saat dia hanya melihat dengan mata hatinya saja tanpa bisa memandang apa yang ada di hadapannya. Mungkin hanya membayangkan saja. Bagaimana sebenarnya bentuk gelas itu, bagaimana sebenarnya bentuk bunga itu. Kata orang-orang bunga itu indah berwarna-warni ada yang merah ada yang putih, ungu kata orang-orang wajah istriku cantik, dan kata orang-orang pelangi itu indah. Yah…itu hanya kata orang-orang tapi yang bisa dia lihat hanyalah warna hitam saja. Jauh dari indah. Bisa kita bayangkan saja dengan menutup mata kita yang masih bisa melihat ini, ternyata tak terlihat indahnya apa warnanya dan bagaimana bentuknya? Walaupun begitu dia masih terus saja bersyukur dan bersyukur. Aku jadi malu terhadap diri yang masih suka melihat hal yang sia-sia.
YA Rabb…ampuni kami jika selama ini kami lalai dengan nikmat penglihatan ini.  “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yg hina. Kemudian DIa meyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah [32] : 7-9)
Ada sepasang suami istri yang sedang terkena musibah tempat tinggal dan juga sekaligus tempat usahanya habis terbakar dilalap si jago merah. Hanya tinggal baju di badan saja yang tersisa. Semua harta kekayaan dan materi yang mereka kumpulkan bertahun-tahun habis tak bersisa. Tapi apa jawaban mereka ketika ditanya atas musibah yang mereka alami. “Alhamdulillah…Kami masih bisa selamat tanpa luka dan masih bisa hidup sampai sekarang ini Dan semua ini adalah kehendak-Nya. Insya Allah dibalik ini semua tersimpan banyak hikmah. Materi bisa dicari lagi yang penting kita masih diberi nikmat untuk hidup dan berusaha menjalani kehidupan ini lebih baik lagi.”
Subhanallah…begitu hebatnya mereka memandang suatu musibah dengan kekuatan keimanan dan ketaqwaan kepada Sang Pemberi Nikmat ,Allah SWT. Ya Allah…maafkan atas kelalaian kami kurangnya rasa syukur terhadap nikmat rezeki yang kami miliki sekarang dan kealpaan kami atas terlenanya rezeki yang Engkau berikan “Semua yang ada di bumi itu akan binasa; Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan; Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-RAhman [55] : 26-28)
Ya… Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Semoga kita semua selalu menjadi orang yang selalu mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan di setiap detik, menit, jam serta hari ini dan hari-hari yan akan datang. Dan tidak menjadi orang yang mendustakan semua ni’mat- Nya. Aamiin.

JAWABAN MUKMIN SEJATI

Menyukai Seseorang Hanya Karena Allah

Senin, 12/09/2011 11:21 WIB | Arsip | Cetak
oleh Aid Abdullah al-Qarni
Pengertian "seseorang" dalam hadist ini menurut pendapat para ulama ditujukan kepada seorang muslim, karena sesungguhnya kita dianjurkan untuk mengambil teman setia orang-orang yang berasal dari kalangan muslim secara keseluruhan. Tetapi, sudah barang tentu hubungan dan kecintaan ini diletakkan dalam porsi yang berbeda-beda, karena harus disesuaikan dengan tingkat ketaatan dan kedekatan yang bersangkutan dengan Allah Ta'ala.
Barangsiapa di antara mereka (kalangan kaum muslimin) yang lebih banyak durhakanya, berarti kita harus lebih membencinya dan lebih menjauhinya. Barangsiapa yang lebih banyak ketaatannya kepada Allah Ta'ala, berarti kita harus lebih mencintainya dan lebih mendekat kepadanya.
Tetapi, Anda akan menjumpai sebagian orang, apabila ada orang lain yang datang kepadanya dengan penampilan yang hina, ia langsung mendiamkannya dengan sejadi-jadinya dan mengiranya sebagai orang fasiq serta mencurigainya dengan hal yang bukan-bukan. Sikap seperti ini menunjukkan keminiman pengetahuan agama yang bersangkutan. Padahal, kita diperintahkan untuk bersikap pertengahan dan adil adlam segala sesuatu. Alalh Ta'ala berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) yang adil dan pilihan." (QS. Al-Baqarah [2] : 143)
وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا
"Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak." (QS. Al-Baqarah [2] : 269)
Hikmah yang diambil dari pengertian diatas menganjurkan kepada kita untuk meletakkan segala sesuatu pada tempatnya masing-masing.
Termasuk sikap bijak ialah bila Anda orang-orang shalih, maka banyak hadist yang mengetengahkan bab ini, antara lain yang terdapat dalam Kitab Shahih Muslim. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Allah Ta'ala berseru pada hari Kiamat: 'Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku, pada hari ini Aku akan menaungi mereka di bawah naungan-Ku pada hari yang tiada naungan, kecuali hanya naungan-Ku'." (HR. Muslim)
Dalam sebuah hadist shahih lainnya disebutkan bahwa di antara tujuh macam orang yang mendapat naungan dari Allah pada hari tiada naungan kecuali hanya naungan-Nya ialah:
"Dan orang lelaki yang saling mencintai karena Allah, mereka bertemu karena Allah, dan berpisah karena Allah pula." (HR. Bukhari)
Ibnu Umar ra telah mengatakan, "Demi Allah. Seandainya aku puasa (sunnah) pada siang hari tanpa pernah berbuka, melakukan qiyam malam hari tanpa tidur, dan membelanjakan hartak sebanyak-banyaknya di jalan Allah, tetapi kemudian aku tidak menyukai orang-orang yang taat dan tidak membenci orang-orang tukang maksiat, tentulah aku khawatir bila Allah akan menjungkalkan diriku dengan muka di bawah ke dalam neraka."
Demikian itu, karena agama Islam ini adalah agama saling menyukai dan agama yang bersih, bukan agama kepalsuan. Oleh karena itu, kita lihat ada sebagian orang yang mengerjakan shalalt, puasa, haji, dan umrah, meskipun demikian mereka terhina, karena mereka menyukai dan bertemuan setia dengan orang-orang yang menyukai kerusakan dan kemungkaran.
Hal yang diwajibkan bagi seorang muslim ialah hendaknya tidak menyukai kecuali orang yang bertaqwa dan tidak membenci seseorang kecuali orang yang durhaka, meskipun dia adalah saudara sendiri, ayah, atau ibunya. Karena Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda:
"Seseorang itu akan mengikuti tuntunan teman dekatnya." (HR. Abu Dawud)
Hanya ahli agamalah yang layak untuk dijadikan teman dalam kehidupan ini, karena ahli agama sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-Hasan Al-Basri akan senantiasa memelihara kehormatan anda, baik ketika Anda ada maupun sewaktu Anda tidak ada.
Diwajibkan bagi seorang muslim ialah sebagaimana yang telah saya katakan sejak semua, hendaknyalah dia mencintai orang-orang yang shalih dan mendekati mereka serta tidask membenci mereka. Membenci mereka sama artinya dengan menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan.
Imam Syafi'i rahimatullah mengatakan, "Kucintai orang-orang shalih, meksipun aku bukan termasuk dari mereka dengan harapan mudah-mudahan aku beroleh syafa'at (dari Allah) berkat mereka. Dan kubenci orang yang pekerjaannya maksiat, meskipun kita sama dalam hal pekerjaan".
Maka muridnya Imam Ahmad, dalam pujiannya kepada gurunya mengatakan, "Engkau menyukai orang-orang yang shalih, karena engkau adalah seseorang dari mereka, hanya berkat kalianlah kami beroleh syafa'at."
Imam Ahmad mengatakan demikian karena Imam Syafi'i termasuk keluarga Rasulullah Shallahu alaihi wassalam (dari kalangan Bani Hasyim).
Diantara atsar yang dinukil dari Al-Hasan Ibnu Ali Ibnu Abu Thalib, penghulu para pemuda ahli surga, menyebutkan bahwa dia suka duduk bersama dengan orang-orang miskin, dan tidak mau makan kecuali bersama dengan mereka, sehingga sikapnya itu menjadi bahan pergunjingan orang-orang.
Ia menjawab, "Aku telah mendengar bahwa Allah Ta'ala pernah mewahyukan kepada Dawud alaihis salam, 'Hai Dawud, Aku melihatmu suka duduk bersama dengan orang-orang kalangan atas. Jika engkau tidak ingin tersentuh oleh adzab-Ku, maka duduklah bersama dengan orang-orang miskin, makanlah bersama mereka, dan minumlah bersama dengan mereka'." Wallahu'alam.

ADAKAH KESADARANMU WAHAI SAHABAT

Perusahaan Non Muslim dan Bahaya Sistem Dajjal

Kamis, 07/07/2011 11:05 WIB | Arsip | Cetak   Kirim Pertanyaan

usatd saya telah lulus kuliah dan baru menikah sekarang saya telah mengajar privat dan baru dipecat jadi pengajar dengan alasan yang tidak jelas. ketika saya dakwah keluar hati saya tenang karena untuk maisyah telah mengajar di lembaga tersebut. tetapi ketika selesai dakwah saya di pecat jadi pengajar dilembaga dakwah tersebut. ketika saya tidak mengajar lagi saya ditawari kerja diperusahaan non muslim saya bimbang ustad karena saya sudah bertekad tidak akan bekerja diperusahaan non muslim takut terwarnai oleh lingkungan.
yang jadi pertanyaan, apakah saya harus bekerja diperusahaan tersebut atau tetap mengajar privat yang saya jalankan sekarang dan saya punya cita cita ingin punya bimbingan belajar yang islami
heri

Jawaban

Subhanallah begitu mulia niat saudara Heri, menahan diri untuk tidak bekerja di perusahaan non muslim semata-mata menjaga diri untuk tidak tewarnai millah kaum kufar. Itulah yang memang harus ditanamkan dalam hati oleh kaum muslim sebagai perwujudan dari ketauhidannya yang mendahulukan kesucian agamanya daripada apapun, jika hal itu akan berbuah kemudharatan.
Semoga niat yang saudara tancapkan diberi kemudahan dan kekuatan oleh Allah SWT. Karena kita ketahui bersama di zaman penuh fitnah sekarang ini, tidak jarang seorang muslim berubah akhlak dan pandangannya terhadap Islam justru karena situasi kerja.
Banyak kita lihat fenomena seorang mukmin yang tadinya sangat lurus dan hanif tapi ketika hidup di sebuah sistem yang non Islami, perangai mereka pun turut berubah. Ia terwarnai oleh lingkungan kerja yang tidak mendukung bagi perkembangan agamanya.
Seorang muslimah yang tadinya berkomitmen tidak ingin bersentuhan dengan pria non muhrim, kini menjadi tak mengapa. Ia merasa asing untuk tidak bersalaman melihat rekan kerja yang lain pun ikut bersalaman. Katanya lagi, “maaf, takut nanti dibilang kok saklek banget sih”.
Inilah fitnah yang mendera seorang mukmin, saudaraku. Dan Rasulullah SAW sudah menjelaskan dengan baik perkara dahsyatnya fitnah “lingkungan” tersebut dalam sebuah hadisnya,
“Fitnah yang menyebar atas hati manusia bagaikan pengepungan beruntun. Setiap hati yang menyerapnya, maka akan timbul padanya noda hitam dan hati yang mengingkarinya akan tumbuh padanya titik putih. Dari sini mulai tampak dua jenis hati; yang putih jernih, tidak akan sedikit pun tertimpa bahaya fitnah selamanya, dan yang hitam pekat bagaikan gelapnya malam, tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran, ia hanya mengikuti hawa nafusnya.” (HR. Muslim)
Maka itu pastikan, lingkungan kerja kita betul-betul steril dari inflitrasi yang bisa menipiskan iman. Apalah arti kesuksesan dunia, tapi nilai keIslaman dalam diri kita terkikis serangkaian coba yang tidak mampu kita lewati.
Saudaraku, Syekh Ahmad Thompson, seorang Ulama dari Inggris dalam bukunya Dajjal and The Antichrist yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Sistem Dajjal, secara cermat mengkritisi sistem perusahaan, pabrik, kerja, dan tata manajemen perusahaan di era sistem dajjal seperti sekarang ini. Ia mengatakan,
Sistem itu memperlakukan manusia sebagai bagian yang diperlukan sekaligus bisa dibuang begitu saja dalam proses produsen-konsumen. Peningkatan otomatisasi berarti peningkatan penghambaan manusia kepada mesin yang dijalankannya. Mereka diwajibkan untuk mengikuti lajunya mesin. Pada pabrik yang bekerja dua puluh empat jam sehari, pekerja diatur sedemikian rupa agar mesin tidak sampai berhenti. Kelahiran, pernikahan, dan kematian cenderung dianggap sebagai perostiwa kehidupan yang tidak penting.”
Syekh Ahmad Thompson kemudian melanjutkan bagaimana perusahaan berkembang menjadikan Kapitalisme sebagai Tuhan-tuhan baru mereka, dan para pekerja ditempatkan sebagai pengabdi materialisme.
“Sukses di ukur dari seberapa besar kekuasaan anda atas orang lain, dari sekecil apa kekuasaan orang lain atas diri anda, juga dikukur dari seberapa besar uang yang anda peroleh. Semakin banyak barang yang mampu anda beli, maka semakin berhasillah anda. Semakin anda bisa mengejawantahkan citra ideal semu yang ditampilkan media massa – dan ada banyak sekali citra ideal yang ditawarkan guna menciptkan pasar yang seluas-seluasnya – maka semakin terkenallah anda sebagai seorang yang sukses dalam permainan produsen-konsumen”
Sungguh saya tidak dalam kapasitas memberikan fatwa dan arahan tertentu, namun saya sendiri khawatir, jika saja analisa Syekh Ahmad Thompson menjelaskan fenomena itu berlaku umum pada perusahaan modern saat ini, bagaimana dengan perusahaan yang jelas-jelas dipegang oleh non muslim dan menjalankan tata kelola perusahaan yang jauh dari Islami.
Maka untuk menutupi ketakutan para perkerjanya, perusahaan dalam basis sistem Dajjal akan memback-up pekerjanya dengan segala fasilitas agar mereka tetap bertahan disana, atau minimal terus loyal kepada kapitalisme dan materialisme. Syekh Ahmad Thompson menulis
“Sekecil apapun rasa aman pada pekerjaan, akan diluluhkan oleh pemberlakukan tawaran kontrak kerja jangka pendek dan ancaman PHK, dan ketakutan ini dijadikan sarana untuk menumbuhkan semangat kerja.”
Sekarang semuanya ada ditangan saudara, bermunajatlah kepada Allahuta’ala. Rezeki itu ada ditangan Allah. Tiap manusia pun memiliki rezekinya masing-masing. Ubur-ubur saja yang hidup di dasar laut masih diberikan rezeki oleh Allah, bagaimana dengan manusia yang memang ia ciptakan sebagai makhluk sempurna?
Saudaraku, kita tidak disuruh untuk mencari rezeki, tapi kita disuruh Allah untuk menjemput rezeki. Mencari belum tentu ada, tapi kalau menjemput sudah pasti ada, tinggal bagaimana ikhtiar kita. Terlebih saudara baru saja melepas masa lajang. Maka yakinlah atas janji Allah.
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin allah akan mengkayakan mereka dengan karunianya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (An Nuur ayat 32). Wallahua'lam. (Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi)

AYO TERGERAKLAH HATIMU UNTUK INI

Boikot Produk-Produk Halal Yang Dihasilkan Perusahaan Pendukung Zionisme

Rabu, 29/06/2011 18:47 WIB | Arsip | Cetak   Kirim Pertanyaan
Ustadz, ana ingin menanyakan mengenai boikot terhadap produk - produk halal yang dihasilkan perusahaan perusahaan yang mendukung zionis israel seperti yang tercantum di web www.inminds.com/boycott-israel.html.
Tetapi ada pemikiran lain dari saudara kita yang tercantum di web lain (http://www.rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/3023-fatwa-ulama-tentang-hukum-boikot-produk-yahudi.html) dan link link lainnya.
Mohon opini lain dari ustadz.
Terima kasih. Jazakallahu khairan katsira
Dimas

Jawaban

Jazakallah pertanyaannya saudaraku Dimas, semoga kita senanatiasa diberikan keberkahan oleh Allah dalam sebuah transaksi ekonomi di zaman penuh fitnah seperti saat imi.
Saudaraku, saya menghormati pandangan lain tentang gerakan boikot dari saudara-saudara kita. Karena sejatinya hak setiap orang berpendapat jika memang itu memiliki landasan dalil yang cukup kuat.
Namun saudaraku, yang mesti kita ketahui adalah Yahudi yang kita bicarakan saat ini bukan sekedar beberapa oknum Yahudi zaman Rasulullah yang tidak langsung memerangi beliau, tapi Yahudi saat ini yang kita bicarakan adalah sebuah gerakan konspiratif yang berupaya memadamkan cahaya Allah. Dan menariknya dari kantong kita pula mereka membiayai pelurunya untuk membunuh umat Islam. Sayangnya, link artikel yang saudara berikan tersebut tidak membahas konspirasi Zionisme di bidang ekonomi.
Ada sebuah kisah menarik dari Rasulullah bagaimana beliau menghindari -kalau mau tidak dikatakan boikot- jual beli dengan orang Yahudi. Sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, pasar dan sistem perdagangan di kota itu dikuasai dan dimonopoli sepenuhnya oleh orang–orang Yahudi. Maju mundurnya masyarakat Madinah saat itu secara tidak langsung diatur oleh kapitalis Yahudi. Di dalam masyarakat terjadi penindasan, penzaliman dan riba dimana–mana.
Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, maka selaku pemimpin, Baginda tidak bisa berdiam diri melihat kekacauan masyarakat Madinah yang bersumber pada eksploitasi oleh sistem ekonomi kapitalis. Langkah yang diambil Rasulullah SAW adalah mengerahkan Sayidina Abdurrahman bin Auf, seorang hartawan, untuk membangun sistem ekonomi Islam yang jauh dari nilai Yahudi. Sayidina Abdurrahman bin Auf memulai dengan membangun pasar yang dikelola seratus persen oleh umat Islam sendiri yang berlokasi terpisah dari pasar Yahudi, yang kemudian diberi nama “Suqul Anshar“ atau pasar Anshar.
Saudaraku, Rasulullah pun tidak pernah bekerjasama dengan musuh Islam, apalagi musuh yang kita hadapi adalah musuh yang sudah diingatkan oleh Allah.
Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. (QS. Al Maidah:62)
Saudaraku, kita juga tidak bisa membayangkan bagaimana jika Rasulullah SAW masih hidup saat ini beliau bisa terfikir mau bekerjasama dengan Ariel Sharon, George Bush, Obama, dan Yahudi laknatullah lainnya yang jelas-jelas membunuh saudara kita di Palestina lewat serangkaian aksi konspirasi Zionisme. Padahal jelas ada hadis yang berbunyi:
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam. (HR. Muslim).
Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW juga pernah bersabda, "Perangilah kaum musyrik itu dengan harta, jiwa dan lisan kalian." (HR. Abu Dawud dan Nasa'i).
Fatwa boikot juga pernah dikeluarkan oleh 70 ulama Sudan yang mewajibkan seluruh kaum muslimin untuk mengambil peranan terhadap permasalahan Palestina dengan menggunakan seluruh sarana yang ada yang diawali dengan pemboikotan terhadap produk-produk Amerika dan Israel, dikarenakan beberapa hal berikut :
1. Firman Allah SWT yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah : 9)
2. Ketetapan Nabi Muhammad SAW terhadap Tsumamah bin Atsal yang mengatakan kepada orang-orang Quraisy,”Demi Allah, tidak akan pernah sampai kepada kalian biji-bij gandum sebelum mendapatkan izin dari Rasulullah saw.”
3. Firman Allah SWT yang berbunyi, “dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri.” (QS. Asy Syu’ara : 39). Sebagaimana diketahui bahwa orang-orang Amerika telah melakukan banyak kezhaliman, menguasai negeri-negeri Islam serta para penduduknya.
4. Ijma para ulama akan diharamkannya mengambil manfaat dari orang-orang kafir yang memerangi kaum muslimin.
Urgensi memboikot akan menghentikan salah satu pintu masuk ekonomi Zionis. Israel pun sangat takut sekali sama gerakan boikot ini, karena kita ketahui Yahudi adalah bangsa yang sangat cinta dunia.
Ada beberapa keberhasilan yang dicatat dari gerakan boikot. Salah satunya terjadi pada Supermarket Sainsbury’s asal Inggris yang terpaksa menutup semua outletnya di Mesir, sesudah beberapa bulan diboikot, meskipun perusahaan itu membantah bahwa mereka didukung negara Zionis. Sejak diluncurkannya boikot, 2 dari 6 McDonald’s di Yordan pun telah ditutup. Begitu juga dengan Coca-Cola, yang mengalami penurunan penjualan hingga 60% di Timur Tengah.
Kata halal dalam produk Yahudi pun juga masih debatable. Saya kadang suka terfikir apakah memang produk Yahudi seperti Coca-cola dan Pepsi masih bisa dipandang halal? Masyarakat India pernah dikejutkan lewat sebuah laporan Pusat ilmu pengetahuan dan lingkungan (CSE) di New Delhi. CSE menemukan bukti bahwa produk minuman ringan Coca Cola dan Pepsi yang dijual di negara itu mengandung residu pestisida dengan kadar 24 sampai 200 kali dari standar baku.
Tidak hanya di India, bahkan pada tahun 2009 Venezuela resmi melarang Coke Zero. Minuman kemasan ringan produksi Coca-Cola itu dinilai membahayakan kesehatan konsumen. Pelarangan itu memang beralasan. Bahan dasar
industri coca cola adalah gula yang dibuat menjadi karamel. Pewarna di karamel sendiri dapat memicu kanker. Allahua'lam. (Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi)

#@JANGAN PAMER AURAT DOOOONK..!!!@#

Dilarang Pamer Aurat

Minggu, 25/09/2011 04:57 WIB | Arsip | Cetak   Kirim Tulisan
Oleh Paiman
Di zaman ini wanita-wanita yang berjalan berlenggak-lenggok mengenakan pakaian ketat lagi transparan hingga membentuk lekuk tubuhnya bahkan nyaris telanjang tampaknya sudah bukan lagi menjadi pemandangan yang asing. Pemandangan nggak halal kayak gitu tersedia gratis sepanjang hari dari pagi hingga malam dan di hampir setiap tempat, di jalan-jalan, mall, pasar, bahkan di kampus.
Aku heran, kok mereka ndak malu ya auratnya kelihatan, pakai pakaian serba minim kayak gitu? Atau jangan-jangan sengaja lagi, auratnya dipamer-pamerkan. Hiii…! Rasa malu yang menjadi salah satu ciri agama Islam yang paling jelas dari akhlak-akhlak mulia yang lain ini kayaknya sudah mereka tanggalkan.
Amat disayangkan, karena jauhnya umat Islam dari agamanya dan enggannya mereka mempelajari agamanya menyebabkan mereka terjatuh dari kerendahan kepada kerendahan yang lain dan akan senantiasa jatuh sehingga benar-benar turun di kerak Neraka yang paling bawah.
Malu adalah termasuk dari iman, apabila hilang rasa malu maka akan hilang bersamanya iman. Dari Ibnu Umar Rodliyallohu ‘anhu berkata, “Rosululloh Sholallohu alaihi wassalam bersabda, ‘Rasa malu dan iman, digandengkan bersamaan, maka apabila diangkat salah satunya, hilang yang lain’.” (Hadits Riwayat Al-Hakim)
Ngakunya Muslim, tapi masih memakai rok mini dengan kaos 'you can see' yang kelihatan pusarnya. Kalau sudah gitu, nggak ada lagi ciri-ciri keIslaman pada dirinya, sehingga sulit dibedakan mana wanita Muslimah dan mana wanita kafir, karena sama-sama nggak pakai Jilbab.
Kalaupun pakai, yah cuman asal-asalan saja. Padahal yang namanya Jilbab itu harus menutupi seluruh tubuh, tidak transparan, tidak ketat, tidak menyerupai pakaian wanita kafir dan laki-laki, dan tidak terhiasi oleh perhiasan yang menarik perhatian orang lain agar tidak termasuk golongan wanita-wanita yang ber-tabarruj (mempertontonkan) perhiasan.
Aurat adalah perhiasan yang semestinya dijaga dengan baik. Tak sepantasnya dipamer-pamerkan dan diobral dengan murah. Mengobral aurat pada setiap orang, seolah membiarkan barang yang amat berharga dijadikan keroyokan banyak orang. Dengan begitu, status berhargapun berubah menjadi barang yang rendah dan murah, karena setiap orang akan mudah menikmatinya. Itukah yang diinginkan para wanita?
Wahai saudariku, pakailah dan biasakanlah berhijab karena hal itu bisa menjagamu daari fitnah. Hijab dan penutup wajahmu adalah kemuliaan di sisi Alloh Ta’ala serta kebahagiaan bagimu di dunia dan akhirat.
Di dunia, hijab sebagai pertahanan kemuliaan dan kehormatan sedang di akhirat ada pahala yang besar dari Alloh. Coba pikirkan, adakah yang namanya kasus perkosaan itu dilakukan oleh laki-laki hidung belang terhadap wanita yang tertutup seluruh tubuhnya, yang menjalankan sunnah-sunnah Rosululloh Sholallohu alaihi wassalam baik itu dalam berbusana maupun dalam pergaulanya?
Kalaupun ada, pasti jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Tak disangkal bahwa kebanyakan yang terjadi adalah terhadap wanita yang terbuka auratnya sehingga menimbulkan syahwat kaum lelaki yang sudah tak terkendali lagi.
Karena itu, ya Ukhti, janganlah ragu untuk memakai Jilbab yang sesuai syar’i. Berpakaianlah yang sesuai dengan adab-adab yang telah ditetapkan oleh syariat ini. Gunakan kain yang tebal untuk menutupi tubuhmu dan hendaknya tidak berwarna menyolok sehingga mengundang fitnah atau menjadi godaan bagi kaum lelaki. Paling baik adalah Jilbab yang besar dan berwarna gelap.
Tahukah kamu tentang sebuah teknologi kamera tembus pandang? Ya, alat itu dapat memperlihatkan apa yang ada di balik pakaian yang dikenakan seseorang. Kabarnya alat itu tidak akan mampu menembus Jilbab-Jilbab yang besar, tebal, dan berwarna hitam yang dikenakan oleh para Muslimah yang benar-benar konsisten menjalankan syari’at ini.
Apa penyebabnya? Tidak lain karena teknologi ber-inframerah itu sifatnya memang tidak dapat menembus benda yang berwarna hitam. Subhanalloh…inilah indahnya syari’at yang sempurna ini. Tidaklah Alloh dan Rosul-Nya memerintahkan sesuatu kecuali hal itu jelas sekali manfaatnya. Wallohu ta’ala a’lam.
http://akhpaiman.wordpress.com/

@ADA CINTA PADA KEKURANGAN@

Dinikahi Karena Kekurangannya..

Selasa, 27/09/2011 06:42 WIB | Arsip | Cetak   Kirim Tulisan

Oleh Nurul Al Akhfiya
Mempunyai ‘partner hidup’ mungkin ada dalam target list kehidupan ikhwahfillah. Selain penyempurna sebagian agama, menikah merupakan ladang amal untuk memanen pahalaNya, jika dikelola dengan baik.
Sebagai mitsaqan ghalizha (perjanjian yang kokoh) yang Alloh istilahkan mengenai pernikahan, partner hidup yang dipilih sejatinya memenuhi kriteria yang baik. Baik dalam segi fisik, baik dalam segi akademik, baik dalam segi finansial dan masih banyak baik – baik yang lainnya.
Alloh tidak melarang hambaNya untuk menikahi seseorang yang cantik/ tampan, kaya dll. Tidak sama sekali. Bahkan hal tersebut dianjurkan. Hal ini mengingat fitrah seorang manusia yang sering kali menilai orang pertama kali melalui zhahirnya. Alloh sangat mengerti ciptaanNya, Alloh sangat memahami sifat manusiawi hambaNya, meskipun pada akhirnya yang paling dianjurkan adalah agamanya.
Jika seseorang dinikahi karena sekuens kriteria partner hidup yang dia buat laiknya manusia pada umumnya 1. Good looking, 2. Sholeh/ah, 3. Mapan dll, maka hal ini biasa dan sangat wajar. Namun, banyak orang ingin menjadi ‘luar biasa!’ tapi sedikit orang melakukan hal yang ‘luar biasa!’.
Banyak diantara kita, siap bahkan sangat siap menerima kelebihan calon partner hidupnya. Tapi, pernahkah kita terpikir untuk menyiapkan diri menerima kekurangan dan kelemahannya? Atau membuat sekuens kriteria partner hidup berdasarkan kekurangan dan kelemahannya, sehingga kehadiran kita menjadi penyempurna dalam hidupnya?
Alhamdulillah, dewasa ini masih ada teladan yang Alloh pentaskan untuk menjadi bahan renungan kita semua. Kisah ini terinspirasi dari kisah nyata seorang ikhwan yang diceritakan oleh murobbiah ana. Kisah seorang ikhwan yang menyiapkan diri untuk kelemahan dan kekurangan partner hidupnya.
Sebut saja Ukh Sarah. Mahasiswa jurusan kimia semester enam yang tengah berkuliah di salah satu universitas di Indonesia ini, seringkali absen tidak masuk dalam setiap mata kuliah. Bukan karena malas – malasan atau bolos kuliah untuk mengejar target nongkrong di mall. Tapi, kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk memaksakan diri dalam mengikuti setiap mata kuliah.
Meski sering sakit – sakitan, bukan berarti penyakitan. Aktivitas Sarah di kampus begitu padat, belum lagi amanah dakwah yang harus di embannya. Selain itu, Sarah harus rajin mencari usaha di sela kesibukannya di kampus untuk memenuhi biaya kuliah.
Tidak ada satupun yang menginginkan sakit saat amanah – amanah meminta untuk dipenuhi. Hal ini menjadi perhatian Al – akh Hendra yang pada saat itu adalah adik tingkat Sarah. Melihat kondisi Sarah, Hendra bertekad untuk menolong Sarah.
Bukan berusaha mencari dokter yang tepat untuk menyembuhkan Sarah dari sakitnya. Akan tetapi Hendra memberanikan diri untuk menjadikan Sarah, kakak tingkatnya sebagai pendamping hidup.
Mungkin orang lain akan memberikan pilihan biasa untuk menolong Sarah. Tapi Hendra memberikan pilihan ‘luar biasa!’ untuk menolongnya. Dengan segala kesederhanaan dan keterbatasan, Hendra bukanlah ikhwan mapan atau punya harta sepetak sawah dari orang tuanya. Tapi Hendra punya keyakinan untuk menolong Sarah, dengan modal itulah Hendra mengorbankan kuliahnya untuk membiayai kuliah Sarah hingga tuntas, sehingga Sarah tidak perlu lagi mencari pekerjaan untuk membiayai kuliahnya.
Hendra tidak bergantung pada orang tuanya, dengan tinggal di kontrakan sederhana, dan Hendra berusaha untuk menjaga Sarah agar tidak terlalu capek dalam beraktivitas agar kuliah Sarah tetap berjalan lancar.
Setelah menikah, Sarah tidak lagi sakit – sakitan seperti dulu, wajahnya selalu cerah ceria ketika memasuki gerbang kampus. Tak ada lagi gurat sedih dan lelah di wajahnya. Kini Sarah menapaki kehidupannya yang baru dengan semangat. Tak ada sedikitpun rasa sesal di hati Hendra. Hanya ada perasaan bahagia yang membuncah setelah mengambil keputusan itu.
Ana pikir, ikhwahfillah yang membaca sepenggal kisah ini berpikiran bahwa meskipun Sarah memiliki kelemahan – kelemahan seperti sakit dan kekurangan biaya kuliah pasti Sarah adalah seorang akhwat yang cantik jelita, primadona kampus dsb sehingga Hendra berani mengambil keputusan tersebut.
Tapi ketahuilah ikhwahfillah, keikhlasan Hendra untuk menolong Sarah dengan jalan yang dihalalkan Alloh terlihat dari kenyataan bahwa Sarah adalah sosok akhwat yang sederhana dikatakan kurang cantik tidak, dikatakan sangat cantik pula tidak. Sarah memiliki rupa yang sederhana, namun semangatnya untuk menuntut ilmu tidak diragukan.
Sikap Hendra memang langka terjadi. Dan biasanya yang langka itulah yang banyak dicari. Inilah sosok ikhwan yang menikahi akhwat bukan dari rupanya, bukan dari fisiknya bukan pula dari hartanya, tapi dari kekurangannya.
Dia berusaha menyempurnakannya, melengkapi perangkat yang sebenarnya sudah sangat baik. Dengan keikhlasan, kesempurnaan itu beriring menutupi kekurangan yang ada. Karena sempurna itu, bahagia dalam kesyukuran.
Wallohu Alam.
sumber redaksi : www.eramuslim.com

CERITE LUCU NEH...@*@*@

Tunda Duniamu, Segerakan Akhiratmu

Jumat, 23/09/2011 05:07 WIB | Arsip | Cetak   Kirim Tulisan
Oleh Abi Sabila
“Yah, aku boleh nanya nda?” tanya seorang anak pada ayahnya. Saat itu mereka baru saja sholat Ashar di mushola salah satu tempat wisata.
Sang Ayah tersenyum. Ada yang tak biasa dengan putrinya. “Kamu itu lho! Beli jajan nda pakai ijin Ayah dulu, giliran nanya pakai minta ijin segala. Mau tanya apa?”
“Tapi Ayah janji, nda boleh marah ya?” sang bocah berusaha mensejajarkan langkahnya.
“Insha Allah. Ayo, mau tanya apa?”
“Ayah kalau nolong orang suka pilih-pilih, ya?” tanya sang anak, ragu-ragu.
Sang ayah menghentikan langkahnya, terkejut. “Maksudnya?”
“Iya, suka mbeda-bedain!” jawab sang anak santai. “Buktinya tadi waktu ada ibu-ibu mau pinjam mukena, Ayah nyuruh aku sholat dulu, baru meminjamkan mukenaku.”
“Oh, itu!”
“Tadi siang, waktu aku antri di kamar mandi, Ayah minta aku ngalah, memberikan antrianku pada mbak-mbak yang pakai baju biru. Mentang-mentang dia lebih muda dan cantik ya, Yah?”
“Astaghfirulloh! Bukan begitu, anakku!”
“Lalu?”
“Begini. Ayah menyuruhmu mengalah saat antri di depan kamar mandi karena Ayah melihat orang itu sudah sangat kepayahan menahan sakit perutnya. Ayah tidak memperhatikan usia ataupun wajahnya, tapi Ayah bisa merasakan kecemasannya. Sejak datang, ia sudah memegangi perutnya. Ayah khawatir, jika kamu tidak memberikan antrianmu, dia tak bisa lagi menahan. Kalau itu sampai terjadi, apa kamu tega? Sementara kamu masih bisa menahan untuk berkemih.”
“Ibu-ibu yang di mushola? Apa tidak lebih baik jika aku meminjamkan mukena padanya dulu. Pahalaku kan jadi berlipat ganda!”
“Anakku, jika aku menyuruhmu sholat dulu baru meminjamkan mukenamu, sungguh bukan karena yang meminjam adalah seorang ibu-ibu. Bukan! Bukan itu. Ketahuilah, anakku. Sama-sama menolong, tapi untuk urusan dunia berbeda dengan urusan akhirat, atau ibadah. Untuk urusan dunia, kita dianjurkan mengutamakan kepentingan orang lain, kepentingan umum bahkan di atas kepentingan pribadi. Tapi untuk urusan ibadah, jika tidak bisa dilakukan bersama-sama, karena tidak membawa mukena seperti yang terjadi pada ibu tadi misalnya, tunaikan kewajiban sendiri dulu, baru orang lain.”
“Kok, begitu?”
“Begini, seumpama kamu diberi pilihan, siapakah yang akan memasuki pintu Surga pertama kali, apakah kamu akan memberikan kesempatan itu pada orang lain?”
“Tidak! Aku dulu.”
“Nah, begitulah gambarannya. Ini bukan akal-akalan Ayah, ini yang Rosululloh contohkan. Untuk urusan ibadah, jika tidak bisa bersama-sama, kita utamakan diri sendiri dulu. Bukan egois, bukan pula tidak peduli dengan orang lain, tapi agar kita selalu bersegera melakukan kebaikan ( ibadah ). Bisa dimengerti?”
Sang anak hanya mengangguk.
“Masih menuduh Ayah pilih-pilih?”
Sang anak hanya menggeleng, tersipu malu.
“Untuk urusan dunia, kau boleh menunda keperluanmu, tapi untuk urusan ibadah, jangan tunda waktumu!”
http://www.abisabila.com